Selamat Datang..!!Kecenderungan manusia untuk saling berbagi, membawanya berfikir dan memanfa'atkan segala media yang ada demi termanifestasikanya sebuah intraksi

Rabu, 16 November 2011

Ibadahku Bukan Jaminan Surgaku


          

Firman Allah: "Wa rahmati wasi'at ghadzabi" (dan kasih sayangKu melampaui/mencakup murkaKu")

Hadits Qudsi ini yang langsung muncul di benakku manakala teringat kisah-kisah seperti cerita tentang Umar bin Khattab dan burung emprit di Kitab Ushfuriyyah yang populer di pesantren.
Itu lo, peristiwa ketika Khalifah Umar berjalan-jalan di Madinah dan ketemu sama anak kecil yang menggenggam seekor burung emprit. Kasihan dengan nasib burung tersebut di tangan sang anak, Umar bilang ke si anak agar menjual burung itu kepadanya. Anak tersebut tentu gak tahu kalo yang dihadapinya adalah khalifahnya yang sedang incognito. Tapi ia langsung setuju dgn tawaran Umar. Lalu, stlh membeli burung tersebut, Umar langsung melepaskanny ke udara bebas. Habis itu beliau tak ingat lagi peristiwa sepele itu. Tapi ternyata, peristiwa sepele itulah yang justru "menyelamatkan" Umar di akhirat. Setelah beliau wafat, para sahabat Nabi lain bermimpi ketemu sang khalifah dan bertanya, amal apa yang membawanya ke surga? Apakah amal ibadahnya sehari-hari? keberaniannya dlm perang? atau apa? Umar pun menjawab, ternyata bukan itu semua. Melainkan tindakannya melepas burung emprit tersebut. Rasa sayangnya kepada binatang itulah yang menjadi "tiket' Umar ke surga, karena Allah merahmati siapapun yang menyayangi makhlukNya. Dan Umar termasuk di antaranya.

Banyak kisah-kisah yang saya dapat waktu nyantri, yang punya kemiripan dengan kisah Umar di atas. Misalnya, kisah seorang pelacur yang akhirnya bisa masuk surga karena pernah menyelamatkan seekor anjing yang kehausan sampai hampir mati. Si pelacur, yang kasihan dgn nasib sang anjing, akhirnya rela memakai sepatunya sebagai timba pengambil air dari sumur terdekat untuk meminumi anjing yang sekarat dan menyelamatkan nyawanya.

Atau cerita ttg seorang ulama yang ketika menimba air utk berwudlu', dia mendapati seekor angkrang berjalan di tali sumurnya, padahal waktu asar udah mau habis. Si ulama bisa saja mengabaikan nasib binatang tersebut demi mengejar sholat asar. tapi ternyata, rasa sayangnya kepada makhluk Allah melebihi keinginannya untuk mendapat pahala dariNya. Memang akhirnya ia kehilangan waktu sholat, tapi ia berhasil menyelamatkan angkrang tersebut. Dan ternyata sikap sayang ulama tadi lebih mulia di mata Allah.

Menyimak kembali kisah-kisah tasauf macam di atas, saya langsung teringat hadits Qudsi "dan rahmatKu melampaui murkaKu", karena pesan moralnya jelas: pada akhirnya, yang menentukan apakah kita kelak akan masuk surga atau neraka, apakah kita akan masuk dalam kelompok yang selamat atau terlaknat, bukanlah sama sekali amal ibadah kita, melainkan keputusan unilateral dari Allah yang tak bisa diganggu gugat. Kalau kita kelak masuk surga, itu karena rahmatNya, dan kalau masuk neraka, itu karena keadilanNya.

Dan saya selalu berbaik sangka bahwa kasih sayang Allah itu lebih luas dan lebih jembar ketimbang murkaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar