KH.Hasyim
Asy’ari menyuruh santri-santrinya untuk bersama-sama berangkat menuju Surabaya,
yang pada waktu itu diserang oleh Belanda, lalu si santri minta bekal terhadap
KH.Hasyim Asy’ari, Kyai Hasyim hanya memberi bekal terhadap mereka lafadz “Allahu
Akbar”, dengan lafadz Allahu Akbar inilah sang Kyai dan santri-santrinya bisa mengusir
Belanda dari Surabaya.Ya…!lafadz Allahu Akbar, sekali sang Kyai dan santrinya
memijakkan kakinya ke bumi (nggejog bumi), bumi langsung bergetar.
SubhanAllah..!dahulu betapa hebatnya lafadz itu.
Dewasa ini
sangat ironis, syi'ar Islam seringkali diekspresikan melalui pekik "Allahu
Akbar" yang menggelegar dan intimidatif, pekik "Allahu Akbar"
seakan-akan identik dengan syi'ar Islam. Sejak kapan para pemekiknya di
jalanan, di demo-demo merasa paling jago dalam membela Islam? Sungguh absurd
dan aneh.Mungkin karena pekik “Allahu Akbar” yang seperti inilah yang
justru menjadikan ketidak mustajabanya, terkesan di obral, murah. Berbeda
dengan pekikan “Allahu Akbar” pada era KH.Hasyim Asy’ari dahulu.
"Allahu
akbar" tidak lain adalah ekpresi ritual untuk memuja Allah, seperti dalam
sholat maupun dalam dzikir.
Menurut
Kang Jalal (Jalaluddin Rahmat), ungkapan "Allahu Akbar" sama sekali
tidak ada disebut dalam Al-Qur'an. Yang banyak disebut jutsru sifat-sifat Allah
yang "Rahman" "rahim" "Alim" dst, tapi bukan
"Akbar." Hanya ada satu ayat, masih menurut Kang Jalal, yang menyebut
kata "akbar": "Wa ladzikru Allahu akbar" (dan sesungguhnya
berdzikir pada Allah adalah sesuatu yang paling agung.
Walhasil, pekik "Allahu akbar" ternyata tidak ada dalam Al-Qur'an. Jadi sejak kapan pekik "Allahu Akbar" seakan-akan identik dengan syi'ar Islam? Sejak kapan para pemekiknya di jalanan, di demo-demo merasa paling jago dalam membela Islam?
Dalam kitab Mu'jam Mufahras. Allahu
Akbar sebagian besar dalam konteks ritual. Memang ada beberapa hadits tentang
takbir dalam 'jihad-perang'. Yang menjadi masalah, konteks perang ini di bawa
ke mana-mana, di luar konteks perang. Membawa takbir di luar konteks ritual dan
perang, hanya untuk melampiaskan amarah dan bahan kebencian, adalah tindakan
melampaui batas, padahal Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebihan. Menodai
takbir dengan amarah dan kebencian. Dalam hal ini tidak sesuai Sunnah Nabi. KH.Hasyim
Asy’ari dan para pejuang benar karna konteksnya memang perang.
Saran..!!
Jika ceramah, sebelumnya perlu bilang: 'Para hadirin, mohon jika ingin berdzikir ucapkan 'Subhanallah' atau 'alhamdulillah' ‘Allahu Akbar’. Dan tidak usah keras-keras. Tadharru'an wa khufyatan. Karena Allah Maha mendengar.' Mungkin lebih ADEM…
Jika ceramah, sebelumnya perlu bilang: 'Para hadirin, mohon jika ingin berdzikir ucapkan 'Subhanallah' atau 'alhamdulillah' ‘Allahu Akbar’. Dan tidak usah keras-keras. Tadharru'an wa khufyatan. Karena Allah Maha mendengar.' Mungkin lebih ADEM…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar