Selamat Datang..!!Kecenderungan manusia untuk saling berbagi, membawanya berfikir dan memanfa'atkan segala media yang ada demi termanifestasikanya sebuah intraksi

Minggu, 30 Oktober 2011

Dikhotomi

Gerak dinamika sejarah terus melesat sporadis, yang tidak memberi ampun menggilas dan melempar generasi yang terasing dengan zamannya. Zaman sebagai kanvas peradaban, terlalu luas untuk sekedar dilukis dengan satu macam warna. Butuh inklusifitas yang harmonis terhadap aneka warna kebenaran (logika) dan kebaikan (etika), untuk mencipta keindahan (estetika) peradaban kemanusiaan yang madani.
Pesantren dan kampus, dua basis lembaga pendidikan intelektual dan mental-spiritual bangsa Indonesia, betapa dewasa ini terjebak dalam lingkaran dekotomi. Pesantren menjadi kian terukhrawikan, dan sebaliknya kampus menjadi sangat terduniawikan. Pesantren cenderung eksklusif, bahkan skeptis dan melarikan diri dari kenyataan modernitas yang seharusnya ia berada di garda terdepan memimpinya. Sementara kampus, mengalami gejala leberasi intelektual yang membawanya kering spiritualitas.
Dalam konteks demikian ini, santri dan mahasiswa, sebagai representasi kaum terdidik, sangat perlu merapatkan barisan untuk membangun suatu keakraban intelektual dan emosional, agar termungkinkan mendialogkan kekayaan khazanah kepesantrenan dan nilai-nilai akademik dunia kampus secara harmonis dan progresif, sehingga tercipta aras pemikiran generasi-generasi yang ideal, integral dan holistik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar